Diksi Sebagai Seni Bahasa
Tema: Diksi Sebagai Seni Bahasa
Resume ke: 18
Gelombang: 29
Tanggal: 4 Agustus 2023
Narasumber : Maydearly (Maesaroh, M.Pd)
Moderator : Widya Arema
Hatiku stasiun. Tempat pertemuan dan perpisahan membekas dengan luka. Sebagai satu-satunya kereta yang melintas.
Hatimu kultus pemujaan, Sedangkan rasaku hanya jelata yang berjuang untuk sebaya. Mencoba meraba, merupa apa-apa, hingga berakhir lelah yang lupa bahagia.
Tawanan Rindu
Created by: Maydearly
Kau tahu apa yang lebih menyedihkan?
Merinduimu di setiap keping nafas tanpa terbias.
Aku merinduimu melebihi resep minum obat
Walau harus ku hitung waktu lewat puluhan jari
Jawabanku masih tetap merinduimu.
Tataplah, ada banyak rindu yang bertebaran di langit
Petiklah satu demi satu sebagai ayat rinduku
Langit itu kini tak lagi dingin, kabar darimu tak lagi mampir
Menawan batinku dengan berjuntai tanya dan khawatir.
Biarkan aku menenggelamkan diri dalam kubangan rindu
Semangkuk harap kupersiapkan menuju kedatanganmu
Sebab, merinduimu adalah memupuk kalori semanis madu.
Pertemuan belum dimulai sudah bermunculan kata-kata indah yang mengetuk jiwa raga mengelabuhi sanubari. Kak Widya Arema selaku moderator malam ini mengajak peserta untuk membaca puisi terlebih dahulu sebagai gambaran talenta narasumber kita malam ini dalam menarikan kata dalam diksi, itulah yang membuat malam ini beda dengan malam-malam sebelumnya.
Kak Widya mengirimkan biodata narasumber malam ini, ternyata Maydearly adalah nama pena dari bunda Maesaroh, M.Pd. Beliau adalah seorang guru di SMPN 1 Lebakgedong kabupaten Lebak, Banten. Begitu banyak karya beliau, mulai pengalaman mengajar, pengalaman organisasi maupun lainnya. Yang paling mengesankan adalah motto hidup beliau, "menulislah untuk hidup seribu tahun".
Diksi, akar katanya dari bahasa Latin : dictionem, diserap ke dalam bahasa Inggris : diction, yang berarti pilihan kata. Maksudnya pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.
Mengapa Diksi begitu penting dalam kajian sebuah bahasa? Sebab banyak keindahan dari sebuah kata menjadi prosa yang melampaui bayu di udara. Diksi bak irama tanpa aroma, menjadi senyawa indah mempesona melengkapi rumpun kata dengan sejuta makna.
Dalam sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics – salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.
William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.
Diksi adalah bagian dari seni sebuah bahasa. Diksi adalah pelengkap suatu sastra. Patut kita jaga agar tidak tergila oleh bahasa slanky. Diksi bukanlah gaya bahasa, tetapi sebuah padanan kata yang bertujuan untuk memberi kesan menarik hingga mampu memikat hati pembaca.
5 Jurus jitu dalam mengembangkan diksi yang menarik:
1. Sense of Touch adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.
Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi.
2. Sense of Smell adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.
Contoh:
Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan
3. Sense of Taste adalah menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah.
Contoh:
Remah-remah kata terucap semanis karamel, Arsenik bual manja layaknya cuka apel. Meski diam terbungkam tetap asam dan asin bak menelan Botulinum Toxin
4. Sense of Sight adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya. Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.
Contoh
Derit daun pintu mencekik udara di tengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu pernah kutinggali sebagai pijar luka yang menganga
5. Sense of hearing adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.
Contoh
Aku padamu seperti angin yang berlalu begitu saja, kini yang kupunya hanya melupa atas lara dari sajak jingga yang cedera
Yang paling sulit dari menulis adalah memulai dari kata pertama/ awal paragraf. Dalam kesulitan itu, mari kita buat sederhana dengan melibatkan ke 5 panca indra yang ada di tubuh kita.
Memasuki sesi tanya jawab, salah satu pertanyaannya dari bu Aripa : Bagaimana merangkai kata kata Diksi? Kita menulis Diksi telah saya jabarkan di atas. 5 Tips mudah menulis dengan merasa, meraba, melihat, mendengar. Mungkin nampak sederhana, tetapi jika sering kita coba maka lama² kita akan terbiasa. Seperti kata pepatah bisa ala biasa, jawab Bunda May.
Bagi pemula tehnik memilih kata acap kali tidak mudah. Nah bagaimana mensiasatinya? Bunda May pribadi suka menyisipkan waktu tertentu untuk menulis. Di waktu yang dirasa nyaman, akan membuat kita mampu menulis dengan lancar seperti air menuju muara. Dan satu lagi, dengan memperbanyak perbendaharaan bahasa tentu akan membantu kita agar tidak sulit menulis diksi.
Terkadang bahasa adalah cerminan sebagai pribadi kita, tapi tidak melulu seperti itu. Bunda May mengatakan, 'terkadang' konteks membangun Diksi di sini adalah menulis itu perlu menyerupai ruh agar apa yang kita tulis sampai pada pembaca. Itulah sebabnya Diksi sangat baik untuk dicerna dari sebuah tulisan. Diksi itu padanan kita, ia akan masuk dalam setiap genre tulisan, bisa puisi, cerpen, novel, karya sastra bahkan karya ilmiah.
Begitulah kiranya simpulan dari beberapa pertanyaan para peserta KBMN malam ini.
Ingin sekali bisa menulis kata-kata indah penuh makna, namun apalah daya karena menahan sakit yang kurasa. Tubuh ini sedikit meronta-ronta, hanya istirahat yang terbayang di mata. Namun ku berjuang untuk bertahan, menyimak dengan seksama hingga pertemuan usai.
MasyaAllah...tabarakallah...terimakasih ilmunya malam ini bunda May, The Queen Of Diction. Kalimat demi kalimat yang terlontar luar biasa dasyatnya, menggetarkan jiwa menghilangkan lara. Semoga Bunda sehat selalu dan awet muda, karena sudah berjiwa muda yang memiliki semangat membara. Semoga kami bisa meniru dan mengikuti jejaknya.
Komentar