Langsung ke konten utama

Masa Lalu

    Masa lalu biarlah masa lalu...eits, bacanya sambil nyanyi ya, itu kan lagunya bunda Inul daratista, hehe. Tiba-tiba aku ingin flashback ke masa lalu. Sebelum memasuki masa kuliah, tepatnya setelah lulus MAN aku ditawarin keponakan (anak dari kakaknya ibuku) yang rumanya di kota reog Ponorogo untuk bekerja menjaga tokonya berlian silver. Tanpa berfikir panjang seketika ku iyakan tawaran itu. Karena orang tua tentunya merestui, dan sekaligus sambil menunggu masuk kuliah dari pada tidak ada kesibukan di rumah, lumayan bisa tambah pengalaman. Meski belum punya pengalaman sama sekali terkait perbisnisan, namun aku begitu semangat dan yakin semua akan baik-baik saja. Aku berangkat ke Ponorogo dengan salah satu teman masa kecil sekaligus tetanggaku, Ina. Kita berdua mengikuti training dulu selama kurang lebih satu bulan. Kenapa dikatakan training? karena rencana mau buka cabang berlian silver di kota Trenggalek dan Tulungagung, yang nantinya kita akan ditempatkan di situ yang lokasinya lebih dekat dengan rumah kita berdua. Jadi selama satu bulan training kita tidur di Ponorogo. Jarak antara rumah dengan toko lumayan jauh, dari desa mlarak menuju ke Ponorogo kota, tepatnya di depan pasar pon. Bisa dibayangkan sendiri seberapa jauh jarak antara keduanya. Jadi setiap berangkat ke toko kita membawa motor milik mbak roh (nama kakak keponakan, pemilik toko berlian silver). Kita begitu menikmati sepanjang perjalanan menuju ke toko tersebut, yang jujur kita juga belum pernah jelajah dengan membawa motor ke kota reog.

    Sesampainya di toko kita disambut dengan beberapa karyawan dan karyawati yang sudah lama bekerja di sana. Parasnya yang begitu cantik dan tampan serta terlihat begitu dewasa, karena memang usia mereka jauh di atas kita berdua yang masih lulusan MAN, anak desa yang belum mengenal skincare dan belum pernah pula berbaur dengan orang kota, bisa bayangkan sendiri betapa terlihat cupu dan ndesonya kita berdua. Tapi itu tidak membuat kita minder (berkecil hati), tetap fokus pada tujuan utama, mencari pengalaman. Kita diajari bagaimana cara melayani konsumen dengan ramah dan penuh kesabaran, cara menghitung harga tiap barang, cara menata dan merapikan perhiasan mulai dari anting, cincin, gelang dan sebagainya di tempat etalase, cara membersihkan etalase dan seluruh ruangan toko yang full kaca, dan satu yang tidak pernah ku pelajari yaitu cara mematri perhiasan, karena yang bertugas mematri adalah khusus cowok pada saat itu. Begitu banyak pengalaman yang kita dapatkan. Singkat cerita setelah masa training selesai kita pulang dengan membawa uang yang lumayan banyak. Masyaallah bahagia luar biasa rasanya, selain mendapatkan pengalaman yang sangat banyak juga mendapatkan uang dari hasil kerja sendiri. Terimakasih mbak sudah memperkenalkan dan mengizinkan kita untuk menjadi bagian cerita dari berlian silver.

    Tidak berhenti sampai di situ, setelah toko di Trenggalek buka kita diminta untuk menjaga toko tersebut, tepatnya di depan Alga plaza. Namun kita tetap tidak bisa mudik ke rumah tiap harinya, karena toko harus buka jam 8 pagi sampai jam 9 malam. Jadi kita mencari kos di belakang apotik dekat toko tersebut. Tidak lama di sana akhirnya aku dan salah satu karyawati dari Ponorogo dipindah ke cabang Tulungagung, tepatnya di pasar Tiudan. Tentunya  kita kos di sekitar situ juga. Dan tibalah waktu masuk kuliah, karena aku harus di ma'had jadi tidak bisa mendua dalam artian nyambi kerja, akhirnya aku keluar dan fokus pada perkuliahan.

    Perkuliahan berjalan lancar semestinya hingga semester per semester. Belajar kerjaku tidak hanya sampai di situ. Setelah selesai ujian skripsi sambil menunggu wisuda kelulusan, aku dan temanku yang bernama ifadah mendatangi toko roti yang berada di jalur kalidawir, Tulungagung. Kita melamar kerja di sana, dan tidurpun juga di toko itu, hanya ada dua kamar, satu kamar untuk kita berdua, satu kamar lagi untuk yang punya toko dan temannya sama-sama cowok. Nggak bisa bayangkan dulu kok senekat itu, padahal dalam satu lokasi ada lawan jenis, dan bertahan sampai gajian yakni satu bulan, tapi alhamdulillah aman tak ada masalah apapun. Bahkan yang semulanya tidak saling kenal, kita semua bisa seperti keluarga dekat pada akhirnya. Aku memilih kerja seperti ini bukan karena tidak dikasih uang saku sama orangtua, bahkan semua yang ku minta selalu diberi, namun kembali lagi aku ingin mencari pengalaman dan mendapatkan tambahan uang saku dari hasil keringat sendiri. Memang pengalaman itu sangat penting, dan mencari uang itu tidak semudah menadahkan kedua tangan (meminta).


Komentar

Moh. Ali Whose Knee mengatakan…
Wow... Tulisan yang baguus, rancak dan enak dibaca.
Lanjutkan ikut Diklat Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) angkatan 29, Bu
Pastinya akan lebih seru lagi. Are you ready
Anis shofy mengatakan…
Masyaallah... terimakasih bapak senior๐Ÿ™๐Ÿ™masih belajar dan mohon bimbingannya...
Siap bapak...sudh brgabung d grup, tinggl menunggu jdwl pelatihan jg
Anonim mengatakan…
Khatam lekku membaca...berharap ada episode ke 2 ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚
Alfi mengatakan…
Khatam lekku membaca...berharap ada episode ke 2 ������
Anis shofy mengatakan…
Ok...tunggu episode selanjutnya bestie...smpe trsnjung 9����
sholeha binti yahya mengatakan…
Jayyidan ustadzah... Istamir... Ma'annajaah
...
Anis shofy mengatakan…
Syukron ya ustadzah...
๐Ÿ™๐Ÿ’ช๐Ÿ’ช
Aamiin....wa iyyaki

Postingan populer dari blog ini

Tema: Writing is my passion, produktif di usia senja Resume ke : 2 Gelombang: 29 Tanggal: 21 Juni 2023 Narasumber: Sri Sugiastuti, M.Pd Moderator: Sigid Purwo Nugroho, S.H     Rabu, 21 Juni 2023 pertemuan kedua  melalui WA grup KBMN-29 dimulai tepatnya pukul 19.00 WIB. Sama halnya seperti pertemuan pertama kemarin, namun kali ini materi disampaikan dengan voice note.       Pertemuan kali ini mengangkat tema Writing is my passion, produktif di usia senja dengan moderator bapak Sigid Purwo Nugroho dan narasumber yang sangat luar biasa, seorang pegiat literasi dan sangat menginspirasi beliau adalah Sri Sugiastuti, M.Pd biasa disapa Bunda kanjeng.     Dipaparkannya terkait biodata beliau yang sempat mengajar di jakarta hingga 1990, tahun dimana saya belum dilahirkan bahkan belum diproses, hehe. Itu tandanya bahwa usia Bunda Kanjeng sudah tidak muda lagi namun semangatnya luar biasa menjadikannya istimewa. Alasan bunda mau berkiprah di KBMN ini adalah berkiblat dari pengalamannya yang sudah
Judul: Menulis Setiap Hari Resume ke: 1 Gelombang: 29 Tanggal: 19 Juni 2023 Tema: Menulis setiap hari Narasumber: Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd Moderator:  Raliyanti, S.Sos, M.Pd     Malam ini tepatnya pukul 19.00 WIB pertemuan pertama KBMN-29 dimulai. Saya sendiri adalah emak dengan  satu anak yang masih balita semangat sekali untuk mengikuti pelatihan meski fokus harus terbagi karena si kecil terus nempel dan sedikit mengganggu, maklum jam segini si kecil masih aktifnya bermain. Namun saya harus tetap bisa fokus sesuai niat awal.       Pertemuan kali ini dipandu oleh moderator yaitu salah seorang tim solid Omjay, bunda Raliyanti, S.Sos, M.Pd. Beliau menyebutkan seorang narasumber hebat yang akan mengisi pertemuan pertama, bapak Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd yang familiar dikenal dengan nama OmJay. Membaca biodata beliau sejenak tercengang karena begitu luar biasa, seorang guru blogger Indonesia yang menorehkan berbagai prestasinya.     Pada pertemuan kali  ini beliau berbagi ilmu dengan tema M
 Writing By Heart Tema:   Writing By Heart Resume ke: 26 Gelombang: 29 Tanggal: 23 Agustus 2023 Narasumber : Mutmainah, M.Pd Moderator : Widya Arema      BAAAM! Dari jarak sepuluh kilometer , melesat keluar dari dalam lautan seekor ikan raksasa-setidaknya bentuknya masih mirip ikan. Masih jauh, tapi sudah terihat besar sekali, lebih besar dibanding gurita yang mengejar kami beberapa hari lalu. Ikan ini memiliki enam tanduk, ekornya panjang dengan sirip-sirip melengkung bagai surai. Kulitnya berwarna kuning keemasan, memantulkan cahaya matahari. Aku mengeluh, tidakkah urusan ini  bisa lebih mudah? Kami bertiga masih dalam kondisi terikat, tidak bisa meloloskan diri, tidak bisa bergerak, ditambah lagi ikan raksasa ini.       “BAAAM! Lima belas detik terbang di udara, ikan raksasa itu berdebam kembali memasuki lautan, membuat ombak tinggi, bagai gelombang tsunami puluhan meter. Hitungan detik, gelombang itu tiba, kapal kami yang terikat jangkar, terbanting kesana-kemari. Hanya karena jari